TAPAKTUAN - Kalangan DPRK Aceh Selatan menilai, pendistribusian tenaga kesehatan maupun tenaga pendidikan di lingkungan Pemkab Aceh Selatan dengan menempatkan 70 persen CPNS di daerah terpencil, belum proporsional. Pasalnya selain tidak sesuai dengan disiplin ilmu, juga masih banyak daerah terpencil yang belum mendapat tambahan guru maupun tenaga kesehatan.
Bahkan DPRK memandang aneh, karena Pemkab Aceh Selatan malah menempatkan dua orang ahli madya (penata) rontgen pada pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) di daerah terpencil.
Hal itu diungkapkan Ketua Fraksi Partai Aceh (PA) DPRK Aceh Selatan, Zulfadhli, kepada Serambi, Selasa (1/11), sehubungan dengan pendistribusian tenaga kesehatan dan guru di daerah itu yang belum merata.
Zulfadhli juga mempersoalkan penempatan tenaga medis yang tidak sesuai dengan disiplin ilmunya. Yakni, ahli madya rontgen dan ahli madya elektromedik yang sedianya untuk formasi rumah sakit umum malah ditempatkan di Puskesmas Manggamat, Kecamatan Kluet Tengah, dan Puskesmas Trumon yang alat kesehatannya masih terbatas. “Tanpa alat radiologi atau rontgen, mau kerja apa penata rontgen itu di puskesmas?” gugat Zulfadhli.
Penelusuran Serambi kemarin membuktikan bahwa apa yang diutarakan Zulfadhli tergambar nyata di lapangan. Sebagai contoh,
Dedi Rahmat dan Rizal yang sama-sama bergelar ahli madya teknik radiologi (A.Md, Rad.) masing-masing ditempatkan di Puskesmas Manggamat, Kluet Tengah dan Puskesmas Trumon. Selain itu, Merja Yuan Fadhli selaku ahli madya elektromedik (AM.Tem), justru ditempatkan di Puskesmas Bakongan Timur.
Zulfadhli juga mengeluhkan bahwa sejumlah puskesmas pembantu (pustu) di daerah terpencil, seperti Kemukiman Bulohseuma, belum ada penambahan bidan desa atau tenaga keperawatannya. Pustu daerah paling terpencil ini masih memanfaatkan dua bidan desa yang masih berstatus kontrak.
“Setiap kali Sidang Paripurna DPRK Aceh Selatan kita selalu meminta kepada bupati pemerataan guru dan tenaga kesehatan. Tapi hingga kini belum ada realisasinya,” kata Zulfadhli.
Ia juga menilai, pernyataan Bupati Aceh Selatan akan menempatkan 75 persen CPNS formasi 2010 di daerah terpencil, terkesan hanya jajnji belaka. “Buktinya masih banyak ditemukan sekolah di daerah terpencil yang belum ada tambahan tenaga pengajarnya. Misalnya di SD Jambo Dalem, Kecamatan Trumon Timur. Jumlah siswanya 248 orang, sedangkan tenaga pengajarnya hanya dua orang, termasuk kepala sekolah,” sebut Zulfadhli.
Contoh lain, SD Kapa Seusak. Jumlah muridnya 24 orang, sedangkan jumlah gurunya hanya tiga orang. Di SD Ie Jernih jumlah murid 107, sedangkan jumlah gurunya hanya empat orang. “Di tiga kecamatan itu dibutuhkan 47 orang guru. Tapi yang tersedia sekarang hanya tujuh orang,” ujarnya.
Hal senada disampaikan Deni Irmansyah, anggota DPRK daerah pemilihan Kluet Raya. Ia sangat kecewa dengan penempatan guru dan tenaga kesehatan yang belum merata. Para guru dan tenaga kesehatan itu masih banyak bertumpuk di pusat kecamatan dan pusat kabupaten.
Menurutnya, penempatan dan pendistribusian guru dan tenaga pengajar yang tidak proporsional itu, disebabkan adanya permainan di Badan Kepegawaian Daerah (BKD), dinas, badan dan kantor. “Bukan kebijakan bupati, tapi ini adalah ‘permainan’ BKD dan SKPD terkait lainnya,” kata Deni.
“Penempatan tenaga kesehatan dan pendidikan itu perlu ditinjau ulang. Sebab, masih banyak anak di daerah terpencil yang belum bisa membaca, akibat kekurangan guru,” ujarnya menambahkan.
Sudah tepat
Terkait masalah tersebut, Asisten Administrasi Setdakab Aceh Selatan, Drs H Syamsulijar Syam yang dihubungi mengatakan, penempatan para CPNS yang dilakukan Bupati Husin Yusuf itu sudah tepat dan sesuai dengan kebutuhan, termasuk penempatan ahli rontgen dan farmasi di puskesmas dan pustu di daerah terpencil. “Sudah tepat, sudah sesuai dengan kebutuhan. Untung saja Aceh Selatan masih menerima CPNS yang berasal dari luar kabupaten,” ujarnya.
sumber: serambinews.com
Bahkan DPRK memandang aneh, karena Pemkab Aceh Selatan malah menempatkan dua orang ahli madya (penata) rontgen pada pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) di daerah terpencil.
Hal itu diungkapkan Ketua Fraksi Partai Aceh (PA) DPRK Aceh Selatan, Zulfadhli, kepada Serambi, Selasa (1/11), sehubungan dengan pendistribusian tenaga kesehatan dan guru di daerah itu yang belum merata.
Zulfadhli juga mempersoalkan penempatan tenaga medis yang tidak sesuai dengan disiplin ilmunya. Yakni, ahli madya rontgen dan ahli madya elektromedik yang sedianya untuk formasi rumah sakit umum malah ditempatkan di Puskesmas Manggamat, Kecamatan Kluet Tengah, dan Puskesmas Trumon yang alat kesehatannya masih terbatas. “Tanpa alat radiologi atau rontgen, mau kerja apa penata rontgen itu di puskesmas?” gugat Zulfadhli.
Penelusuran Serambi kemarin membuktikan bahwa apa yang diutarakan Zulfadhli tergambar nyata di lapangan. Sebagai contoh,
Dedi Rahmat dan Rizal yang sama-sama bergelar ahli madya teknik radiologi (A.Md, Rad.) masing-masing ditempatkan di Puskesmas Manggamat, Kluet Tengah dan Puskesmas Trumon. Selain itu, Merja Yuan Fadhli selaku ahli madya elektromedik (AM.Tem), justru ditempatkan di Puskesmas Bakongan Timur.
Zulfadhli juga mengeluhkan bahwa sejumlah puskesmas pembantu (pustu) di daerah terpencil, seperti Kemukiman Bulohseuma, belum ada penambahan bidan desa atau tenaga keperawatannya. Pustu daerah paling terpencil ini masih memanfaatkan dua bidan desa yang masih berstatus kontrak.
“Setiap kali Sidang Paripurna DPRK Aceh Selatan kita selalu meminta kepada bupati pemerataan guru dan tenaga kesehatan. Tapi hingga kini belum ada realisasinya,” kata Zulfadhli.
Ia juga menilai, pernyataan Bupati Aceh Selatan akan menempatkan 75 persen CPNS formasi 2010 di daerah terpencil, terkesan hanya jajnji belaka. “Buktinya masih banyak ditemukan sekolah di daerah terpencil yang belum ada tambahan tenaga pengajarnya. Misalnya di SD Jambo Dalem, Kecamatan Trumon Timur. Jumlah siswanya 248 orang, sedangkan tenaga pengajarnya hanya dua orang, termasuk kepala sekolah,” sebut Zulfadhli.
Contoh lain, SD Kapa Seusak. Jumlah muridnya 24 orang, sedangkan jumlah gurunya hanya tiga orang. Di SD Ie Jernih jumlah murid 107, sedangkan jumlah gurunya hanya empat orang. “Di tiga kecamatan itu dibutuhkan 47 orang guru. Tapi yang tersedia sekarang hanya tujuh orang,” ujarnya.
Hal senada disampaikan Deni Irmansyah, anggota DPRK daerah pemilihan Kluet Raya. Ia sangat kecewa dengan penempatan guru dan tenaga kesehatan yang belum merata. Para guru dan tenaga kesehatan itu masih banyak bertumpuk di pusat kecamatan dan pusat kabupaten.
Menurutnya, penempatan dan pendistribusian guru dan tenaga pengajar yang tidak proporsional itu, disebabkan adanya permainan di Badan Kepegawaian Daerah (BKD), dinas, badan dan kantor. “Bukan kebijakan bupati, tapi ini adalah ‘permainan’ BKD dan SKPD terkait lainnya,” kata Deni.
“Penempatan tenaga kesehatan dan pendidikan itu perlu ditinjau ulang. Sebab, masih banyak anak di daerah terpencil yang belum bisa membaca, akibat kekurangan guru,” ujarnya menambahkan.
Sudah tepat
Terkait masalah tersebut, Asisten Administrasi Setdakab Aceh Selatan, Drs H Syamsulijar Syam yang dihubungi mengatakan, penempatan para CPNS yang dilakukan Bupati Husin Yusuf itu sudah tepat dan sesuai dengan kebutuhan, termasuk penempatan ahli rontgen dan farmasi di puskesmas dan pustu di daerah terpencil. “Sudah tepat, sudah sesuai dengan kebutuhan. Untung saja Aceh Selatan masih menerima CPNS yang berasal dari luar kabupaten,” ujarnya.
sumber: serambinews.com
Tag :
News
0 Komentar untuk "Penata Rontgen Ditempatkan di Puskesmas Terpencil"